Karier, Cinta, dan Kebebasan

JavaMagazine - Kisah hidup yang dialami Jenny, wanita yang berasal dari Surabaya ini patut kita jadikan pertimbangan dalam hidup. Peristiwanya adalah sebagai berikut.

Setelah beberapa tahun tinggal bersama, kekasih Jenny mengajak menikah. Jenny mengatakan, dirinya belum siap karena masih ingin bebas dan menikmati karier. Penghasilan dan karier saya terbilang lebih bagus dari kekasih.

Beberapa waktu kemudian Jenny memergokinya dengan wanita lain. Bukannya minta maaf, ia malah memutuskan hubungan dan mengatakan semua karena Jenny terlalu sibuk bekerja. Ia sangat kecewa. Padahal, dirinya telah menyerahkan segalanya, termasuk memberinya modal untuk bekerja.

Menurut psikolog Irma Makarim, wajar jika Jenny merasa kecewa, marah, dan terluka karena hubungan yang selama ini dia bina, putus begitu saja. Tapi, jangan larut dalam kesedihan. Utarakan saja segala yang Anda rasakan kepada kekasih, jika itu bisa membuat Anda merasa lebih baik.

Kejadian ini justru bisa menunjukkan karakter aslinya. Dari situ Jenny bisa melihat apakah ia memang calon suami yang baik dan layak untuk di pertahankan. Sepertinya kekasihnya tidak pernah melihat dan menghargai pengorbanan Anda untuk dirinya. Dalam hal ini sebaiknya Jenny tak perlu menyalahkan diri atau membela diri di hadapannya. Toh, selama ini dia telah memberikan yang terbaik untuknya.

Anggaplah peristiwa ini sebagai peringatan  untuk berpikir ulang tentang pria yang tepat untuk dijadikan pasangan hidup. Tak perlu menyesali apa yang telah terjadi. Bisa jadi ini justru menyelamatkan dari hal-hal yang lebih tidak diinginkan di masa datang.

Sedangkan menurut Monty Satiadarma, hubungan yang dilandasi ikatan resmi saja bisa berakhir karena pertimbangan tertentu, apalagi hubungan yang tidak dilandasi ikatan resmi. Lagi pula, bukankah Jenny sendiri yang mengatakan ingin kebebasan? Mungkin itu pula yang diberikan kekasih.

Jika memang ia sudah bertekad untuk bersama dengan wanita lain, sesuai konsekuensi kebebasan yang Jenny pegang, ia harus rela melepasnya. Tak perlu memaksakan diri untuk bersama, jika kondisi selanjutnya tetap tidak menjanjikan hubungan yang berarti.

Walaupun terasa pahit dan menyakitkan, ia harus siap menghadapi kenyataan. Bersikaplah bijak dan tanyakan apa yang menjadi alasan sikap dan keputusannya. Namun, persiapkan diri untuk menerima apa pun yang mungkin tidak sesuai dengan harapan. Jangan biarkan diri dikuasai kemarahan. Lebih baik buka lembaran hidup baru

0 komentar:

Posting Komentar

Pilih Permata Yang Anda Sukai !

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 

Powered by Java Magazine